Usai Membaca Hey, Alga

Saya merampungkan buku ini hanya dalam beberapa jam. Saya merasa perlu mengatakan itu sebab pernyataan itu membuat saya teringat bahwa bacaan anak-anak demikian “sepele”-nya untuk dikonsumsi. Tetapi, entah bagaimana saya membuatnya terlalu serius ketika membaca. (Konon, menjadi serius itu ciri-ciri orang dewasa).

Dalam beberapa jam itu, saya suka berhenti dan berpikir tiba-tiba. Membayangkan bagaimana jika saya kecil yang suka membaca novel. Dulu, saya suka novel petualangan terbitan DAR!Mizan yang penulisnya memang anak-anak seusia saya pada saat itu. Lalu, saya berkhayal apakah kelak saya bisa menjadi penulis. Tapi kemudian, waktu menjadikan saya remaja yang merasa kandas dengan mimpi itu. Saya kemudian merelakan mimpi menjadi penulis cerita petualangan.

Hingga, saya bertemu Kugy (dalam Perahu Kertas). Ia menunjukkan realitas orang dewasa soal dunia menulis (terutama bacaan anak). Orang dewasa terlalu realistis, menganggap berkhayal adalah pekerjaan sia-sia. Saya semakin yakin, meninggalkan mimpi kemarin adalah hal benar. Dan hal benar lainnya adalah: saya harus bersiap-siap menyongsong masa dewasa yang serba “serius” itu. Le Petit Prince adalah salah satu yang kemudian menyelamatkan saya dari pilihan “lazim” itu.

Setelah sekian lama, saya menahan diri untuk tidak membaca bacaan anak. saya kira, lebih urgen membaca karya-karya klasik yang “terbukti” besar dan berpengaruh pada sejarah dan kesusatraan. Lalu entah bagaimana, saya tersandung Hey, Alga dan Kedai Sulap, dua di antara enam pemenang harapan sayembara cerita anak DKJ 2019.

Alga adalah anak kecil yang akan saya pikirkan berhari-hari jika novel ini saya baca ketika anak-anak. Saya akan menangisinya berhari-hari, menjadi lebih rajin belajar, dan mencoba makan sayur. Di usia itu, Alga adalah sosok yang ingin saya temani dan saya akan merasa perlu melakukan apa pun sebagai temannya. Sementara di usia ini, Alga adalah sosok yang hanya ingin saya peluk. Saya hanya merasakan getirnya, tanpa tahu harus berbuat apa seandainya si kecil itu benar-benar nyata. Jadi, kenapa anak-anak merasa orang dewasa bisa melakukan apa saja?

Hey, Alga adalah cerita yang menunjukkan impotensi orang dewasa. Dan reaksi saya membenarkannya.

Tapi, apa saya betulan sudah dewasa?


-Ishmah

Komentar