Sungguhkah
saya ingin menulis.
tapi bahasa yang saya kuasai secara lancar hanya bahasa indonesia.
bahasa indonesia meminjam huruf latin untuk menyimbolkan bunyi-bunyiannya.
dua puluh enam abjad tersedia dan itu justru membuat saya bingung harus memulainya dari huruf ke berapa.
saya ingin menulis.
tapi kalimat yang didahului oleh kata “saya/aku” menurut saya mencerminkan ego yang tinggi dan serba-aku-penulis-sentris.
saya hanya ingin menulis.
tapi selalu ada hal lain yang minta didahulukan.
sungguh, saya hanya ingin bisa menulis.
tapi segalanya selalu ber-tapi tanpa tepi.
sungguh, saya kemudian hanya dapat memelihara tanya:
sungguhkah?
Surakarta, siang hari pada 14 September 2022
Si Terlambat Menulis (lagi)
Komentar
Posting Komentar