Barangkali, Dewasa ini, Orang Dewasa Butuh Pengawasan?



Hari ini, ketika berselancar di Twitter, aku mendapati rasa marah karena membaca postingan yang dikirim oleh seorang kakak di cuitan komunitas—sebuah fitur grup di Twitter yang biasanya dibuat berdasarkan ketertarikan orang-orang terhadap suatu topik. Isinya tentang kemarahan dia setelah membaca surat yang ditujukan untuk adik perempuannya dan surat itu ditulis oleh teman lelaki adiknya. Dua anak kecil itu ada di sekolah yang sama dan masih duduk di kelas 6. Yang artinya, kedua anak kecil itu kira-kira umurnya masih sekitar sebelas sampai dua belas tahun. Sangat miris karena isi surat itu bukan soal suatu hal yang manis yang biasanya dilakukan sesama teman, terlebih mereka masih SD, melainkan isinya ajakan untuk seks oral dan diimbuhi dengan gombalan-gombalan seksual. WTF! I’m so madddddd! Where did he learn that? And how could he understand about that?

Lingkungan di sekitar anak—khususnya rumah, sekitar rumah, dan sekolah—sangatlah mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Dewasa ini, ternyata tidak hanya lingkungan sekitar saja yang memiliki andil dalam hal itu, tetapi juga pengaruh dari luar yang dapat dijangkau anak dengan mudah, misalnya televisi dan media sosial. Beberapa netizen turut menanggapi cuitan yang dicuit oleh kakak perempuan itu. Salah satunya menyebutkan jika dia pernah tidak sengaja mendengar anak-anak SD yang sedang duduk-duduk di teras rumahnya membicarakan soal seks. Dalam obrolan tersebut, beberapa anak mengaku kepada temannya dia belajar dari Youtube, Tiktok, dan media sosial lain. Bukankah hal itu adalah efek dari ekspos berlebihan di media sosial dan internet yang tidak bisa terkontrol?

Orang dewasa memang memiliki kebebasan penuh atas dirinya. Sangat jarang melihat orang dewasa yang masih mau untuk diatur-atur seperti ketika dirinya masih kecil. Kebebasan inilah yang barangkali tidak semua orang mampu untuk mengolahnya dengan bijak. Terlebih zaman sekarang yang notabene orang-orang selain hidup di dunia nyata, juga hidup di dunia maya. Di dunia nyata, saya yakin, orang-orang masih mau untuk menjaga tingkah laku dan perilaku mereka karena masyarakat terkadang masih turut mengawasi dari kejauhan. Bagaimana di dunia maya? No one cares what you do here.

Bermedia sosial memang hak setiap orang. Mengekspos diri juga adalah hak setiap orang. Tetapi, bagaimana konsekuensinya? Semua orang akan melihat, membaca, dan mempelajari apa yang kamu bagikan, termasuk anak-anak. Yap, termasuk anak-anak. Orang tua mana yang sekarang tidak memberikan gawai untuk anaknya? Kalau tidak memberikan, seminim-minimnya anak pernah penasaran karena melihat orang tuanya bermain gawai, lalu apa selanjutnya? Dia ingin meminjam.

Rasa penasaran dalam diri anak adalah hal yang sangat bagus. Artinya, daya berpikir anak berkembang dengan baik. Tetapi, bagaimana cara anak untuk memenuhi dan menuntaskan rasa penasarannya itulah yang memerlukan pengawasan orang dewasa. Sebab, kebanyakan anak belum mengerti cara memutuskan keputusan dengan bijak. Imajinasi mereka masih sangat sederhana.

Aplikasi-aplikasi yang dibuat khusus untuk anak belumlah cukup untuk mencegah anak tidak terjun ke dunia maya yang tidak diinginkan. Barangkali, salah satu solusinya adalah anak bisa dijauhkan dari gawai dan diberi mainan lain atau diarahkan melakukan aktivitas yang dapat menyita waktunya agar tidak memikirkan gawai lagi, misalnya buku, lego, puzzle, menggambar, mewarnai, dll. Sebagai orang tua, satu cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak anak ngobrol. Obrolkanlah hal apa pun dengan anak, baik topik ringan maupun berat sekali pun. Bisa tentang keseharian, sekolah, kesukaan masing-masing, perasaan, keinginan, teman-teman, menabung, agama, lingkungan, kesehatan seksual serta reproduksi, dan lainnya. Selain membuat kedekatan yang erat antara orang tua dan anak, bercakap-cakap dengan anak juga membuat anak percaya terhadap orang tua dan anak dapat bepikiran kritis. Terkadang, jika anak sudah cukup memiliki pendengar yang baik untuknya, dia tidak lagi penasaran dan mencari jawaban di luar selain kepada orang tuanya. Barangkali, ya. Silakan coba dulu! 


Surakarta, 2 November 2022

Alhas


Komentar