RUMAH TANGGA


    Pagi ini adalah pagi yang sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Bagi mereka, si Lelaki dan si Wanita, hari-hari selalu berjalan dengan tetap, tanpa ada perubahan, selain perubahan kebutuhan hidup yang membuat mereka perlu membeli barang baru, kulkas dan microwave, misalnya. Jarang sekali melihat si Lelaki dan si Wanita itu berbincang. Barang sepatah kata pun tidak pernah. Memang mereka hidup di satu atap, tetapi tanpa berkomunikasi. Sepertinya mereka sudah merasa cukup untuk saling memahami satu sama lain. Ya, barangkali mereka memang begitu. 

    Setiap pagi si Wanita selalu menyiapkan sarapan dan kopi. Hanya sepotong roti yang diolesi selai coklat di dalamnya. Dipanggang barang sebentar dengan margarin agar terasa gurih sedikit. Sarapan akan terhidang selalu tepat pukul 9 pagi. Kopi yang telah siap di meja sebelum kehadiran roti selalu sudah diseruput seperempat oleh si Lelaki. Tanpa berkata-kata, si Wanita memberikan roti panggang yang telah matang itu pada si Lelaki dan menyantapnya bersama di meja makan. Sarapan usai. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk kembali tidur. Sementara, di luar rumahnya, para tetangga ramai berbisik-bisik bersama penjual sayur keliling.

    Azan asar berkumandang pukul 3 sore. Itulah alarm bangun mereka. Dan merupakan jam si Wanita untuk pergi mandi. Sementara si Lelaki menunggu giliran di kursi panjang ruang tengah. Sembari menunggu, si Lelaki pergi melongok ke luar jendela rumahnya. Hanya sekadar memastikan wajahnya terpapar sinar matahari sore.

    Si Wanita telah usai mandi, lalu ia bersiap untuk pergi ke warung membeli bahan dapur untuk disantap malam ini. Setelah si Wanita selesai berbelanja dan pulang, si Lelaki baru saja selesai mandi. Si Lelaki menuju dapur untuk membantu meracik bahan-bahan yang diperlukan. Sementara si Wanita berjalan menuju ruang kerjanya. Mengambil buku dan menyalakan laptop. Setelah kira-kira satu jam, si Lelaki pasti sudah selesai menyiapkan semua bahan, tinggal menunggu si Wanita memasaknya nanti malam.

    Hari ini, waktu telah menunjukkan pukul 7 malam. Si Wanita bersiap untuk memasak dan si Lelaki, sejak sore masih asik dengan kegiatan menonton televisi di ruang tengah. Menu malam ini adalah chicken pop dengan saus spicy dan pakcoy rebus. Si Wanita mulai memasak dengan bahan-bahan yang telah dibeli dan disiapkan si Lelaki sore tadi. Ayam yang telah dipotong kecil-kecil dan dimarinasi dengan saus tiram dan lada bubuk dicampur dengan tepung terigu dengan sedikit tambahan tepung beras dan soda kue untuk menghasilkan ayam empuk dengan baluran tepung yang kriuk. Sementara menunggu ayam digoreng dengan api yang panas, si Wanita pun membuat saus spicy. Ia mengambil mangkok kecil yang sudah disiapkan si Lelaki di samping rak piring. Karena semua bumbu telah dicampur, ia mencicipi barangkali ada bahan yang terlewat. Lidahnya bukan main kalau soal bumbu... “Saus pedas, saus tomat, saus tiram, lada bubuk, garam, penyedap rasa, gula... Oh... kan ketinggalan, cabe bubuk sama kecapnya!” ucapnya dalam batin.

    Makan malam telah siap dihidangkan di meja makan. Si Lelaki datang dan mereka makan bersama. Usai sudah kegiatan hari ini. mereka kembali ke masing-masing ruangnya. Si Wanita menuju ruang kerjanya. Si Lelaki ke kamarnya, bersiap menyalakan speaker dengan lagu-lagu rocknya.

---

    Dering handphone si Wanita berbunyi, pesan yang muncul mengatakan “Blueyo 201 22.00”

---

    Sementara dering handphone si Lelaki pun berbunyi, isi pesannya “Blueyo 202 22.10”

---

    Malam itu di Hotel Blueyo pukul 21.58, si Lelaki dan si Wanita berpapasan di persimpangan kamar 201 dan 202.  Mereka saling tatap, sebelum saling menyadari mata mereka pun saling melotot terkejut. Masing-masing mereka tidak tahu kapan si Wanita ke luar rumah dan kapan si Lelaki pun ke luar rumah untuk menuju tempat yang sama. Keduanya telah berada di ambang pintu kamar hotel, bersiap melanjutkan kesepakatan masing-masing. Tangan mereka sudah memegang gagang pintu. Dan Klek! Keduanya masuk dan tidak terlihat lagi.

---

    Besok pagi akan menjadi pagi yang tidak akan sama lagi.


Surakarta, 24 November 2022

Alhas


Komentar