GUGUR



angsana gugur bunganya
terbaring kesepian di paving-paving rapi
sebuah institusi perusahaan tinggi
setengah swasta setengah negeri
tengah sibuk berdandan
menyambut barunya tahun ajaran

bunga angsana layu wajahnya
menyaksikan mahalnya biaya pendidikan
tidak sebanding dengan alhamdulillahnya pendapatan
menyaksikan siswa besar kelelahan menyantap pelajaran
pada jam siang yang rawan ketiduran
mengamati satu pesatu hingar bingar kerlap-kerlip kebesaran
kedok kerdilnya kenyataan dan pelaksanaan di lapangan

bunga angsana kusam rupanya
digilas kemajuan dan percepatan
yang diam-diam menenggelamkan

aku berdiri di sini
menyaksikan angsana gugur dan
raib ditelan pembangunan
ditelan mimpi-mimpi jika aku menjadi
ditelan seribu tawaran dan
cita-cita orang lain

aku mulai berjalan
menyusuri tingginya tembok perusahaan
yang bergerak di bidang pendidikan
dan ketidakmampuan yang disembunyikan
di balik topeng kebebasan

aku masih berjalan
menikmati kemacetan terstruktur
yang sulit diurai dan enggan sederhana
dan kau bertanya
masihkah ada kemesraan di tengah hiruk pikuk perselisihan
dan bunga angsana yang gugur sudahkah engkau doakan

aku berhenti dan duduk
menyaksikan sekawanan unggas menyeberangi jalan raya
dengan tubuh meringkuk
kikuk terancam bahaya

Surakarta, 21 Februari 2023
/Minda Lacika

Komentar