SUSU KOTAK 'PUNYA EMAK'

 

Akhir-akhir ini aku jadi sering memperhatikan Emak. Misalnya, ketika Emak pulang dari pengajian di musala. Atau ketika Emak pulang ramai-ramai bersama Ibu-ibu dari rumah tetangga, Emak bilang itu namanya arisan RT. Atau ketika lagi, Emak pulang dari pasar, dan kegiatan-kegiatan Emak lainnya. Lalu, aku sadar, bahwa setiap Emak pergi, Emak selalu membawa pikirannya tentang aku dan adikku.

Ketika Emak baru pulang arisan RT, di kantongnya ia selalu membawa dua risol mayo, dua roti donat, dua kue lapis, dan semuanya serba dua. Setelah sampai rumah dan membuka pintu, Emak pasti memanggil, “Kaka, Dede.. Nih Emak bawain jajan.”

Makanan itu selalu dibagikan padaku dan adikku. Padahal suatu waktu  aku pernah melihat Emak memakan roti donat di rumah tetangga dan Emak habis dua donat. Jadi, aku yakin Emak pasti suka sekali donat. Tetapi, kenapa setiap pulang membawa jajan, Emak hanya membawa dua?

Atau lagi, ketika kami bertiga sedang makan di meja makan. Oh iya, Abah memang tidak di rumah karena Emak bilang Abah bekerja di luar kota, di Surabaya. Jadi, di rumah ini, hanya ada kami bertiga. Kembali lagi, ketika di meja makan itu, kebetulan masakan yang Emak masak adalah ayam goreng. Adikku suka sekali kulit ayam. Aku yakin Emak juga suka sekali kulit ayam karena pernah dua kali aku melihat Emak meminta kulit ayam pada Abah ketika sedang makan. Jadi, aku yakin betul Emak pasti suka kulit ayam. Hari itu, adikku meminta kulit ayam milik Emak karena aku tahu adikku sangat tergila-gila dengan kulit ayam. Dia hanya berani meminta punya Emak karena kalau ia meminta kulit ayam milikku, sudah pasti kupukul pipinya.

Sepertinya Emak memang orang yang baik, baik sekali. Dia selalu memberikan apapun untuk anak-anaknya, terutama untuk adikku yang sering meminta ini itu. Tetapi, aku sangat heran. Kenapa Emak mau-mau saja memberikan apapun yang dia sukai? Misalnya saja kulit ayam. Harusnya Emak makan saja kulit ayam itu, dan tidak memberikannya pada adikku. Kan adikku sudah makan satu, iya kan? Karena aku merasa tidak adil untuk Emak, aku memberikan kulit ayamku pada Emak. Aku bilang, “Ini buat Emak, makan aja, Mak. Kaka bisa makan kulit ayam kapan-kapan lagi.” Emak diam, lalu tersenyum dan tangan kirinya membelai kepalaku pelan-pelan.

Suatu hari lagi aku pernah melihat Emak membeli tiga susu kotak. Aku yakin dari jumlah yang terlihat, susu itu dibeli untuk aku, adikku, dan Emak. Sama rata. Tetapi, adikku lagi-lagi berulah lagi. Dia meminum susu kotak milik Emak tanpa Emak tahu. Sudah tentu akhirnya Emak tidak jadi meminum susu kotak itu karena susu itu diminum adikku. Aku merasa adikku benar-benar serakah dan payah. Tidak bisakah dia berpikir jika dia meminum susu kotak itu, Emak akhirnya tidak jadi meminum susu kotak itu? Padahal aku yakin, Emak pasti menunggu waktu yang tepat untuk meminum susu itu sambil menikmatinya. Seperti aku misalnya, aku senang sekali meminum susu kotak ketika menonton kartun di televisi pada sore hari, apalagi jika susu kotak itu baru keluar dari kulkas, brrrr seger. Ya, mungkin memang begitu ya anak TK, lebih suka semua yang disukainya menjadi miliknya? Aku jadi penasaran, apakah aku begitu ketika masih TK, pernah mengambil kesukaan Emak sesukaku?

---

Pagi ini Emak sedang memasak di dapur. Suaranya terdengar sampai ruang televisi. Aku dan adikku sedang menonton kartun Spongebob. Episode yang ditayangkan kali ini adalah episode Rockbottom. Aku sudah pernah menontonnya dan sampai hafal jalan cerita dan dialognya. Akhirnya aku memilih pergi ke dapur menemani Emak.

“Hari ini makannya sama apa, Mak?” tanyaku. Lalu Emak menjawab, “Hari ini makannya pakai ayam goreng. Kamu suka kan?”

Tanpa menanggapi pertanyaan Emak, aku berkata, “Mak, mau bikin rahasia sama Kakak nggak?” Wajah Emak terlihat seperti keheranan, lalu Emak bertanya, “Rahasia?”

“Iya, rahasia, Mak. Nanti Emak bisa minta tolong apa aja sama Kaka. Nanti Kaka janji nggak ngasih tahu Dede.”

“Emangnya mau bikin rahasia apa?” tanya Emak.

“Misalnya.. Kaka tahu kalau Emak suka minum susu kotak, makanya Emak selalu belinya tiga kan? Nanti Kaka bisa bantuin, biar Emak bisa minum susu kotak itu. Dan biar Adik nggak ambil sembarangan barang orang lain.”

“Caranya?” tanya Emak sambil membalikkan ayam di wajan.

“Caranya... Hmm... Kaka nanti bilangin ke Dede kalau itu punya Emak. Teruss.. susu kotak yang ada di kulkas, nanti Kaka kasih tulisan ‘punya Emak’. Dede kan udah bisa baca sedikit-sedikit, jadi pasti nanti Dede ngerti, Mak. Biar Emak nggak harus ngalah terus sama Dede. Kan Dede udah minum susu satu, Kaka juga satu. Jadi, satunya kan punya Emak, biar sama semuanya, dapet satu-satu.”

“Kaka nanti janji deh nggak akan kasih tahu Dede kalau Emak sama Kaka bikin rencana ini. Setuju, Mak?”

Emak tidak langsung menjawab. Aku hanya melihat punggung Emak. Beberapa saat kemudian Emak mematikan kompornya. Emak berbalik badan, matanya terlihat berkaca-kaca. Emak menatapku yang sedang duduk di meja makan. Lalu, Emak berjalan ke arahku. Emak memelukku.

“Mau kan, Mak?” tanyaku dalam pelukan Emak.

Emak memelukku sangat lama sampai aku merasakan baju di pundakku basah.

 

Surakarta, 28 Maret 2023

Alhasa

Komentar