Harap


Mas, minggu kemarin aku ditanya oleh salah satu teman dekatku..

Dia perempuan, dan sudah ku anggap sebagai salah satu kakakku..

“Kamu nggak mau berusaha untuk mendekatinya?”

Sontak aku menjawab, "Aku perempuan, Mbak. ku rasa kodrat ku bukan mengejar. aku berusaha kok, aku berupaya lewat pilihanku, jalur langit. Aku tak henti mendoakan kebaikan atas dirinya, kebahagiaan dan segala hal yang ia harapkan semoga terkabul. namanya masih ku sebut, masih dengan doa yang sama, aku berharap akan ada wanita yang mengajak dia mengingat Tuhan meski bukan aku."


“Lalu, kamu akan berhenti kapan?”

"Sampai sekarang, aku berharap aku berhenti ketika aku sudah melihat ada wanita di sampingnya."

Aku merenung, ku fikir setelah malam itu rasaku benar-benar terhenti.. 

Aku pasrah karena merasa tak memiliki hak atas apapun, Mas.


Nyatanya, setelah Ayah Ibuku tak merestui aku bersama lelaki yang mendatangiku, rasaku kembali..

Masih dengan rindu yang sama.

Masih dengan sayang yang sama.

Aku masih yakin dengan aku masih sayang kamu.


Beberapa hari terakhir, semesta kembali membawa kita dalam temu..

Meski sekejap, aku sangat bahagia atas segala pertemuan itu..

Meski tidak dengan tegur sapa,

Meski tidak dengan berbagi kabar.


Yang aku tahu, aku senang dengan kamu masih sehat-sehat saja.

Yang aku hindari, kamu tak nyaman jika aku ada di sekitarmu.

Yang aku takut, aku mengganggu waktumu dan membuatmu kesal dengan adanya aku.

Yang aku sedih, aku tak memiliki berani seperti yang pernah kamu ajarkan.


Mas..

Aku tak lagi ingin melanjutkan tulisan ini.

Yang jelas, tanpa kamu sadari, bisa jadi kamu telah menjadi alasan orang lain bertahan dalam hidupnya.

Salah satunya, aku.


-disurakarta-

10 07 23


Komentar