Lampu Merah: Berhenti!



Lebaran dua tahun lalu, 

Pakdhe berpesan padaku,

Nduk, nek lampu abang, mandek!

Alon-alon wae, rasah kesusu.”


Setelah hari itu,

Setiap lampu sudah berwarna merah,

Ku hentikan laju kendaraanku,

Meski teman di belakang mencoba menerobos.


Di akhir waktu ini, aku mulai mengingat lagi,

Kenapa saat itu Pakdhe mengingatkanku,

Padahal di daerah rumah Simbah hingga rumah Pakdhe tak ada lampu merah.

Pun Pakdhe tidak pernah ku bonceng ketika aku mengendarai.


Saat itu Pakdhe memang sedang cukup hancur,

Pakdhe yang sudah menjabat menjadi lurah selama setahun,

Langkahnya terhenti di pemilihan tahun kedua,

Dengan perbedaan satu suara.


Dua tahun belakangan setiap lebaran,

Budhe tidak lagi mau keluar dari rumahnya,

Setiap kami ke rumah Budhe pasti Budhe baru bersiap,

Dari kamarnya dengan wajah lesu.


Ingatanku mengajakku belajar,

Lampu merah tidak hanya ada di lampu lalu lintas,

Tetapi juga ada di kehidupanku,

Ketika ada rambu alam untuk berhenti, aku perlu.


Dibanding nanti aku harus terserempet,

Tertabrak atau mengambil hak orang lain.


am

Solo, 27 Juli 2023


Komentar